Cerita Populer: Senyum Yang Membuat Dunia Terdiam
Lorong istana Qingyun sunyi senyap. Lilin-lilin yang menjulang di dinding, dengan api yang menari-nari, seolah enggan menerangi kegelapan yang menguar dari setiap sudut. Kabut pegunungan Huangshan menyelimuti istana, menelan suara langkah kaki dan bisikan angin, menyimpan rahasia kelam yang telah lama terpendam.
Lima belas tahun. Lima belas tahun lalu, Pangeran Lian Yi dinyatakan tewas, terjatuh ke jurang maut saat berburu. Dunia berkabung, namun Lady Meng Yue, tunangannya, menyimpan duka dalam diam, matanya yang indah kehilangan kilaunya.
Kini, sosok itu kembali. Bukan hantu, bukan pula arwah penasaran. Ia berdiri di tengah lorong, jubah hitamnya menyatu dengan bayangan, wajahnya nyaris tak terlihat di balik kerudung.
"Lady Meng Yue," suara itu berbisik, lembut bagai sutra, namun menusuk bagai jarum es. "Kau masih secantik dulu."
Meng Yue, yang kini menjabat sebagai Permaisuri Agung, berbalik perlahan. Kerudungnya tersingkap, menampilkan wajah anggun yang dihiasi bekas luka samar di pipi kirinya. Luka yang ia dapatkan saat mencari jenazah Pangeran Lian Yi, lima belas tahun lalu.
"Pangeran… Lian Yi?" desisnya, nyaris tak terdengar. Bibirnya bergetar, bukan karena ketakutan, melainkan kejutan.
Sosok berjubah itu tersenyum. Senyum yang tak menyentuh matanya. "Sudah lama sekali, bukan? Aku yakin kau sudah melupakanku."
"Tidak mungkin," balas Meng Yue, suaranya dingin dan menusuk, menghilangkan kelembutan palsu yang biasa ia tunjukkan. "Aku tidak pernah melupakanmu."
Mereka berdua saling menatap, seolah menerobos lapisan-lapisan kebohongan dan dendam yang telah mengendap selama bertahun-tahun.
"Kau tahu," kata Lian Yi, melangkah mendekat, "Selama ini, semua orang mengira aku korban. Korban dari intrik istana, korban dari jurang maut. Mereka semua SALAH."
Meng Yue tertawa, tawa tanpa humor yang menggema di lorong sunyi. "Lalu, apa kebenaran yang sesungguhnya, Pangeran? Kebenaran yang ingin kau ungkap setelah lima belas tahun bersembunyi?"
Lian Yi berhenti tepat di depannya. Ia mengangkat tangan dan menyentuh bekas luka di pipi Meng Yue. Sentuhan yang membuat Meng Yue bergidik, bukan karena jijik, melainkan karena pengakuan.
"Kau selalu terlalu pintar, Meng Yue," bisiknya. "Jurang itu… bukanlah akhir dari segalanya. Itu hanyalah… AWAL."
Matanya menatap tajam, menembus kedalaman jiwa Meng Yue. "Dan kau, Meng Yue, kau adalah arsitek dari SEMUANYA. Kau yang merencanakan 'kematianku', kau yang memberiku identitas baru, kau yang membimbingku kembali. Semua ini… rencana kita."
Meng Yue tersenyum, kali ini senyum yang tulus, senyum yang membuat dunia terdiam.
"Benar," bisiknya, menyentuh wajah Lian Yi. "Dan sekarang, saatnya menyelesaikan permainan ini."
Lian Yi membalas senyumnya. "Ya. Tiba saatnya untuk mengambil apa yang menjadi hak kita... bersama."
Lalu, suara langkah kaki mendekat.
"Permaisuri Agung?"
Meng Yue dan Lian Yi saling berpandangan, semua sudah dipersiapkan.
"Bunuh dia."
Mata Pengawal istana terbelalak, dia menoleh ke belakang sebelum sebuah pedang sudah menembus jantungnya.
Tidak ada korban di sini, hanya pion-pion.
Dan di lorong sunyi itu, hanya ada mereka berdua.
Kebenaran adalah, sang "korban" adalah DALANG sejak AWAL.
You Might Also Like: Reseller Skincare Reseller Dropship