Drama Populer: Kau Memelukku Di Bawah Langit Merah, Dan Dunia Berhenti Bernafas
Langit senja mengoyak tirai hari, menyisakan coretan MERAH membara di kanvas cakrawala. Warna darah dan anggur, seperti air mata naga yang terluka. Di bawah kubah api itu, kau berdiri, siluetmu bagai ukiran dewa di balik kabut mimpi.
Wajahmu, sebuah misteri tersembunyi di balik tirai sutra. Matamu, danau purba yang menyimpan RAHASIA ribuan tahun. Setiap tatapannya, seperti mantra yang mengikat jiwaku pada takdir yang tak terucap.
Angin berbisik lirih, mengusap rambutmu yang bagai air terjun malam. Aroma osmanthus dan penyesalan memenuhi udara, mengantarkan kenangan tentang cinta yang terlarang, cinta yang hanya mekar di tepian realitas.
Kau melangkah mendekat, gerakanmu seperti tarian Phoenix di tengah badai. Jari-jarimu menyentuh pipiku, sentuhan yang membakar, namun terasa begitu rapuh, begitu sementara.
Lalu, kau memelukku.
Di bawah langit merah yang menyala, dalam dekapanmu yang hangat bagai mentari pagi, DUNIA BERHENTI BERNAFAS. Detik-detik membeku, waktu merangkak mundur, dan hanya ada kita, dua jiwa yang saling menemukan di persimpangan takdir.
Kehadiranmu, fatamorgana di tengah gurun kesepian. Sentuhanmu, ilusi indah yang lebih nyata dari kenyataan itu sendiri. Aku terperangkap dalam LABIRIN cinta yang kau ciptakan, rela tersesat selamanya di dalamnya.
Namun, di balik keindahan ini, tersembunyi sebuah kebenaran yang pahit. Sebuah pengungkapan yang memecah belah ilusi, menyayat hati hingga ke inti terdalam.
Saat kau melepaskan pelukanmu, saat langit mulai berubah ungu, saat dunia perlahan mulai bernafas kembali, aku melihatnya.
Sebuah pantulan.
Di matamu, aku melihat diriku sendiri. Bukan diriku yang sekarang, bukan diriku yang merindumu, tapi DIRIKU di masa lalu. Sosok yang telah lama hilang, sosok yang kau cintai, sosok yang telah TIADA.
Kau tidak mencintaiku. Kau mencintai bayangan masa lalu, mencintai kenangan yang melekat padaku. Aku hanyalah medium, portal menuju cinta yang tak mungkin terulang.
Senyum pahit tersungging di bibirku. Keindahan ini, ilusi ini, justru membuat lukaku semakin dalam. Cinta yang selama ini kurasakan, ternyata hanyalah pantulan dari hati yang merindukan masa lalu.
Dan saat kau berbisik, dengan suara yang serak dan penuh duka, aku tahu segalanya.
*"…Jangan lupakan janji kita, Xiao Yue…" *
You Might Also Like: Supplier Kosmetik Tangan Pertama Bisnis