Ini Baru Drama! Aku Menulis Surat Perpisahan, Tapi Tinta Berubah Jadi Darah
Hujan berbisik lirih di atas pusara batu nisan. Seperti air mata langit yang tak pernah kering, seperti kenangan yang tak pernah pudar. Aku berdiri di sana, bukan sebagai raga, melainkan bayangan yang menolak pergi.
Dulu, aku adalah Lin Mei. Sekarang, aku hanyalah bisikan angin, sentuhan dingin di pipi orang-orang yang masih hidup. Aku mati dengan lidah terkunci, kebenaran tertahan di kerongkongan. Aku menulis surat perpisahan, berharap kata-kata terakhirku bisa menjelaskan. Namun, tinta di penaku berubah menjadi DARAH. Merah pekat, menggenang di atas kertas, mengutuk keheninganku.
Dunia arwah adalah sunyi yang abadi. Di antara kabut kelabu dan pepohonan yang meranggas, aku menemukan jalan kembali. Bukan untuk balas dendam, TIDAK. Dendam hanya akan mengikatku lebih erat pada dunia yang telah kutinggalkan. Aku kembali untuk mencari kedamaian. Kedamaian untuk diriku sendiri, dan untuk mereka yang kusayangi.
Setiap malam, aku mengunjungi kamar tidur adik perempuanku, Xiao Lan. Dia masih menangis, masih merindukanku. Aku ingin memeluknya, menghapus air matanya, tetapi tanganku menembus tubuhnya. Aku hanyalah hantu, terperangkap di antara dua dunia.
Aku mencari petunjuk dalam suratku yang berlumuran darah. Kata-kata itu kabur, tetapi AMARAH yang kurasakan saat menuliskannya masih terasa jelas. Aku ingat, malam itu, sebelum ajal menjemputku, aku berselisih dengan Li Wei, tunanganku. Pertengkaran yang dipicu oleh rahasia kelam yang aku temukan tentang dirinya.
Rahasia itu begitu MENGERIKAN hingga aku tidak berani mengucapkannya. Rahasia yang melibatkan hutang judi, pengkhianatan, dan... pembunuhan. Aku tahu, Li Wei telah membunuh seseorang, dan aku adalah saksi bisu.
Aku mengikuti jejak Li Wei, membayangi setiap gerakannya. Ia terlihat tenang, seolah tidak terjadi apa-apa. Ia bahkan mengunjungi makamku, menaburkan bunga, dan berpura-pura berduka. PENIPU!
Namun, aku tidak mencari pembalasan. Aku hanya ingin kebenaran terungkap. Aku membisikkan kebenaran itu ke telinga Xiao Lan dalam mimpi. Awalnya, ia ragu, tetapi ia melihat KESEDIHAN yang terpancar dari mataku.
Xiao Lan mulai menyelidiki. Ia menemukan bukti-bukti yang mengarah pada Li Wei. Akhirnya, Li Wei ditangkap. Kebenaran terungkap di pengadilan. Air mata Xiao Lan mengalir, bukan lagi karena kesedihan, tetapi karena KELEGAAN.
Tugas ku selesai. Beban di pundakku terangkat. Kedamaian yang kucari akhirnya kuraih. Aku melihat ke arah Xiao Lan, dan sebuah senyuman tipis menghiasi bibirku.
... dan mungkin, akhirnya aku bisa pergi.
You Might Also Like: 187 Inspirasi Pembersih Wajah Centella